Minggu, 21 Oktober 2012

ibarat menelan rasa pahit secangkir coffee part 1

senja di sore hari, ditemani dengan secangkir pekatnya coffee yang meleleh saat melewati rongga mulut, rasanya sedikit pahit namun ada campuran butiran-butiran gula yang sedikit membantu menghilangkan rasa pahit yang menguasai lidah ini.
menunggu senja menghilang dan berrganti malam,kemudian hari dan hari lagi.
kemudian disusul dengan aktifitas yang di barengi rasa enggan untuk beranjak dari nyamannya kasur yang di tempati.
layaknya manusia biasa di luar sana yang disebut PEMALAS.
malas ?
itu arti kata yang langsung terkuak kesulitannya, sulit untuk memaknai apa saja yang terjadi saat kita sedang merasa seperti itu, apa faktor terbesar yang memuculkan hal semacam itu, barang kali saja berasal dari dunia yang semakin fana ini ?
gue emang termasuk dalam pergumulan orang-orang yang bisa di jumpai di bawah jembatan elit karya imajinasi gue,yang gunanya hanya untuk meramaikan dunia globalisasi yang fenomena dengan ruangan bertanda 'malas'
memainkan tulisan-tulisan yang begitu saja, yang muncul dengan sendirinya kemudian di aplikasikan kedalam sebuah  halaman kosong berwarna putih pucat,maupun kertas putih bergaris maupun tanpa garis, begitulah gaya hidup gue yang menyenagkan! hanya itu chapter yang dapat menghibur setiap detik membosankan dalam idup gue.
gue bisa bernafas dan mengekspresikan diri gue secara amburadul tanpa batasan didalam sebuah cerita.
di temani secangkir coffee dengan nuansa masa lampau, gue kembali merusak pikiran ke masa yang telah berakhir beberapa tahun yang lalu.
yang masih polos di panggung kehidupan yang mengenaskan, itu masa yang setaun lalu sampe detik ini gue rasain. sedangkan beberapa episode sebelumnya tlah melahap dengan buas kebahagiaan yang sebenernya gue udah nyoba nyimpen dengan baik di loker imajinasi gue saat itu, dan akhirnya kehidupan yang gue harap dapat lebih menyenangkan ternyata berakhir keterpurukan,seperti kala ini.
manisnya butiran gula di tengah-tengah rasa pahit yang terlanjur merajai lidah ini.
seperti yang gue rasain saat gue bisa tersenyum datar namun sedikit memberi kecerahan di atas sebuah neraka yang meraup segala asa positif yang bergejolak.
karena gue yakin, yang bisa tersirat didalam alunan cerita itu sesekali memunculkan rasa manis, rasa dimana kita mempunyai hak untuk bisa merasakan rasa tenang dan bahagia.
dan akhirnya aliran coffee penuh rasa itu meluncur melewati kerongkongan, ada rasa panas yang kurasakan.
ketika penantian yang tak kunjung datang itu mengoyak hati gue yang udah terlanjur sakit, seketika itu pula gue merasakan rasa sakit itu sedetik kemudian akan hilang mengalir dengan denting waktu yang tak pernah lelah memantau tiap bait kisah gue.
saat cangkir yang berada di tangan kananku tinggallah sebuah butiran halus yang sudah meleleh bersaaman dengan air, saat itu pula gue merasakan dunia ini tlah berakhir, lebih tepatnya kebahagiaan yang udah gue rakit sejenius mungkin tertelan dengan waktu yang semakin nyata.
namun ku tak pernah kehabisan akal untuk kembali menelan lahap butiran yang masih melekat di cangkir bermotif keramik itu
gue masih punya kehidupan setelah ini, dan gue yakin itu.
sepahit apapun gumpalan coffee itu harus ku telan sempurna agar kutemukan rasa coffenya yang asli.
gue tetap mencoba untuk menjalani segala tulisan takdir yang sudah di atur sedemikian rupa buat gue.
sepahit apapun itu, gue jalani dengan berusaha nyaman, karena gue yakin semuanya akan memiliki kenyataan yang alami dan indah! dan akan kutuang di masa yang akan datang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar