Tuang Kata

Aku : Lagi, dia menemui lingkaranku, mengubahnya sepersekian senti.
Delusi : Ajak dia mendaur ulang lingkar itu, jadikan tanda yang tak lagi monoftong, aku ingin kita bahagia dan mengecup kisah lain.
Aku : Kau tidak tahu, semenjak dia ada, aku seolah menjadi wanita malang yang kehilangan raga. Dan kau bilang ingin mengecup kisah lain? Berpikirlah secara logika, jika aku menyetujui konsonan katanya, kita akan terbuai dan hilang menjadi akar tanpa tahu cara tumbuh.
Delusi : Kemunafikan masih menjadi juara bertahan di akal picisanmu. Jika kita adalah akar, maka dia adalah air yang tidak akan mematikan akal tersebut, dia akan merawatnya hingga akar kecil tumbuh bersama sekelompok daun-daun hijau berteman rekah kelopak bunga.
Aku : Ternyata kau mudah disamakan dengan wanita pengobral hati lain.
Delusi : Kamu terlalu angkuh. Sadarkah kau? Kau itu seperti pelita yang kehabisan damar, tapi mengutus diri untuk mengejar luka yang menurutmu kemilau.
Aku : Aku hanya takut sakit hati dan meninggalkan indahku demi kepuasan hitam yang teroles putih.
Delusi : Dia warna, kau harus temani sendumu yang menggegerkan kawananku, yang berarti kehidupanmu sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar